Laman

Rabu, 28 April 2010

PUTRI HIJAU

MENURUT cerita, pada zaman dahulu tepatnya pada tahun 1612 lalu, berdirilah sebuah Kerajaan yang bernama Aru Baru, (sekarang Deli Tua).

Kerajaan ini dipimpin oleh tiga bersaudara Mambang Diyazid, Putri Hijau dan Mambang Sakti (Khayali). Ketika itu, Putri Hijau dilamar oleh petinggi kerajaan Aceh yang pada masa itu kerajaan Aceh tersebut dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda.

Namun, lamaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh pihak Kerajaan Aru Baru. Akhirnya penolakan itu pun berbuntut peperangan hebat. Kekalahan pun terjadi di pihak Kerajaan Aru Baru.

Pada saat bersamaan dengan kekalahan itu, sebuah meriam buatan Portugis terus menerus meletus tiada hentinya. Uniknya, tiada pula satu orang pun yang menyalakan meriam tersebut.

Karena terus menerus meletus dan terasa kian panas, akhirnya meriam itupun pecah, yang salah satu pecahannya tercampak hingga ke Tanah Karo. Dan sampai saat ini masih berada di Tanah Karo.

"Berdasarkan cerita, roh Mambang Sakti menitis ke dalam tubuh meriam buatan Portugis itu. Makanya meriam itu terus menerus meletus hingga akhirnya pecah dan kemudian diberi julukan meriam puntung," kata juru kunci meriam puntung itu.

Sementara Putri Hijau, dikabarkan menghilang dibawa oleh abangnya Mambang Diyazid yang dikabarkan karena kesaktiannya berubah menjadi seekor naga yang sampai kini tidak diketahui keberadaannya.

Mengenai kisah meriam puntung ini selanjutnya, sebagai penghormatan terhadap Kerajaan Aru Baru yang sudah takluk, panglima kerajaan Aceh senantiasa membawa meriam puntung tersebut dan kemudian dijadikan kenang-kenangan perang.

Hingga panglima perang Aceh itupun akhirnya berhasil mendirikan kerajaan sendiri yang diberi nama Kerajaan Deli. "Hingga kini banyak orang yang menganggap meriam puntung itu keramat," cetus juru kunci.

Malah, suatu malam meriam puntung itu pernah membuat keajaiban. Tepatnya 5 November 1995 sekira pukul 02.00 pagi. Ketika itu, meriam itu keluar dari tempat persemayamannya. Dan tidak diketahui keluar dari mana. "Soalnya, tempat persemayaman itu dikunci. Sementara jerjak ruangan tidak ada yang rusak," kata juru kunci itu bernada tak kalah heran.

Akhirnya, meriam puntung yang sudah tergeletak di tengah jalan di depan lokasi persemayamannya itu dibawa masuk kembali oleh para kerabat istana Maimon.

"Yang pertama mengetahui tukang becak yang kebetulan mengantarkan salah seorang kerabat kesultanan deli," bebernya sembari mengatakan setidaknya ada 10 orang yang mengangkat meriam itu kembali ke persemayamannya.

"Karena itulah, sebagian orang meyakini dalam meriam itu menitis roh Mambang Sakti. Kalau tidak, kenapa pada zaman dahulu meriam itu bisa meletus terus menerus tanpa ada yang menyalakannya," tandasnya.

Berkaitan dengan keberadaan tiga bersaudara yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan kesultanan deli itu, pihak kerabat kesultanan deli mengaku tidak tahu persis tentang dan bagaimana keberadaan ketiganya. Hanya saja, kenyataan dan fakta-fakta sejarah seperti pemandian Putri Hijau yang berada di daerah Pama, Deli Tua merujuk jika ketiganya pernah ada.

"Memang jika mendengar cerita ini seperti percaya tidak percaya. Dan seperti sebuah legenda saja layaknya. Namun, ketika ada yang bilang cuma legenda, secara magis mereka itu memang benar-benar menunjukkan diri. Tentunya rohnya," cetus kerabat kesultanan deli itu.

Hal ini dikuatkan dengan kejadian yang menimpa salah seorang yang pernah menyepelekan cerita tentang tiga bersaudara itu.

"Salah seorang dari ketiga bersaudara itu datang dan marah terhadap orang yang sudah menyepelekan keberadaan mereka," kata kerabat istana Maimon itu dengan mimik serius sembari mengaku merasa merinding saat menceritakan hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar